Setelah Lelah Dibantai - ParaDIsE.group
Headlines News:

Setelah Lelah Dibantai

Written By shodiqiel on Senin, 19 Januari 2009 | 17.37

Hamas Akhiri Perang
[JP Online, Senin, 19 Januari 2009]

KOTA GAZA - Harapan konflik berdarah di Gaza berakhir akhirnya terwujud. Dua pihak yang bertikai sama-sama menyatakan gencatan senjata kemarin. Tim perunding dari kelompok pejuang Hamas menyatakan penghentian baku tembak di Jalur Gaza selama satu minggu. Keputusan itu hanya berselang 12 jam dari pengumuman Israel untuk mengakhiri agresinya ke Gaza dengan melakukan gencatan senjata sepihak mulai Minggu pukul 02.00 waktu setempat (kemarin pukul 07.00 WIB).

Juru bicara Hamas Ayman Taha menyatakan, tempo satu minggu dalam gencatan senjata yang ditetapkan Hamas itu untuk memberi waktu Israel menarik seluruh serdadunya dari Gaza. "Pernyataan saya ini mewakili semua faksi di Palestina, bukan hanya Hamas," ujarnya di Kairo tadi malam.

Pernyataan gencatan senjata Hamas juga disampaikan wakil mereka di Syria, Moussa Abu Marzouk. "Selain serdadu Israel harus pergi dalam tempo satu minggu, Hamas menuntut pembukaan titik perlintasan bagi masuknya bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina," ujarnya didampingi para pejabat dari berbagai organisasi yang punya kaitan dengan Hamas.

Sebelumnya, Israel mengumumkan gencatan senjata sepihak, Sabtu (17/1), setelah melakukan serangan selama 22 hari ke Jalur Gaza yang dikuasai Hamas. Namun, tentara Israel masih akan berada di wilayah Palestina.

Perdana Menteri Israel Ehud Olmert, setelah sidang kabinet mengatakan, Israel telah meraih tujuannya dan situasi Gaza sesuai yang diinginkan. Olmert mengatakan, gencatan senjata akan dilakukan mulai Minggu (18/1) pukul 02.00 waktu setempat. Namun, dalam pidatonya Olmert tidak menyebutkan berapa lama Isarel akan menghentikan serangannya. "Jika Hamas menghentikan serangan, militer Israel akan berangsur-angsur keluar dari wilayah Gaza pada waktunya," ujar Olmert.

Lima jam setelah gencatan senjata sepihak diumumkan, dampaknya terasa dengan tidak ada satu pun kabar serangan udara dan pertempuran besar di Gaza. Wilayah berpenduduk 1,5 juta jiwa itu untuk kali pertama melewati malam tanpa hujanan bom dalam tiga pekan agresi Israel. Suasana tenang terutama berlaku di sepanjang pantai Jalur Gaza setelah Israel mengistirahatkan mesin-mesin perangnya yang diikuti berhentinya serangan para pejuang Palestina.

Namun, saat hari mulai terang, sekitar pukul 07.00 waktu setempat, Hamas kembali menembakkan lusinan roket ke wilayah Israel. Sumber militer Israel menyebutkan, militan Gaza juga telah melancarkan delapan roket ke Israel saat Olmert mengumumkan gencatan senjata. Dilaporkan Radio Israel, lima roket meledak di dekat Kota Beersheba lima jam setelah Olmert mengatakan pernyataan gencatan senjata.

Osama Hamdan, perwakilan Hamas di Lebanon, dalam wawancaranya dengan televisi Al-Jazeera yang berbasis di Doha, mengatakan, Hamas tidak ada kaitannya dengan gencatan senjata sepihak Israel."Kami telah menegaskan, jika tentara Israel tetap berada di Gaza, ini akan menjadi pintu lebar bagi (bangkitnya) perlawanan menghadapi pendudukan."Sayap bersenjata Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), Brigade Al-Qassam, berikrar akan melanjutkan perlawanan. Dalam pernyataan yang dikirim kepada wartawan, Brigade Al-Qassam menyatakan, "Pengumuman Olmert memperlihatkan Israel kalah dalam menghadapi perlawanan bersenjata Palestina dan pengumuman gencatan senjata sepihak Israel adalah bukti mengenai kegagalan pendudukan."

Namun, semua penolakan faksi Hamas itu berubah setelah para pemimpin mereka di pengasingan menyatakan gencatan senjata diberlakukan. Penerimaan Hamas untuk mengakhiri perang disampaikan menjelang pertemuan internasional di Kairo, Mesir, yang dihadiri sejumlah pemimpin Eropa dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon untuk mengupayakan gencatan senjata langgeng antara Israel dan Hamas.

"Kami siap bekerja sama dengan setiap usaha, terutama Mesir ... untuk mencapai kesepakatan definitif yang memenuhi tuntutan kami, yaitu secara permanen tidak ada lagi blokade dan dibukanya semua perlintasan perbatasan," ujar Moussa Abu Marzouk, pemimpin senior Hamas di Syria melalui siaran langsung di Syrian TV.

Kesediaan Hamas menghentikan baku tembak diduga terkait jumlah korban sipil yang terus meningkat. Selama perang terjadi, sekolah-sekolah, rumah sakit-rumah sakit, fasilitas PBB, dan ribuan rumah dibombardir Israel. Otoritas Palestina mengklaim nilai kerugian akibat konflik 22 hari itu mencapai USD 476 juta (Rp 5 triliun lebih). Nilai itu hanya untuk infrastruktur yang hancur.

Sekurang-kurangnya 1.206 warga Palestina, termasuk 410 anak-anak, terbunuh dari serangan maut Israel di wilayah itu sejak 27 Desember,. Petugas medis di Gaza juga menyatakan 5.300 orang dirawat karena luka-luka. Korban tewas dalam perang ini termasuk 109 perempuan, 113 orang tua, 14 paramedis, dan empat wartawan.

Israel mengatakan, sepuluh tentaranya dan tiga penduduknya terbunuh, baik dalam pertempuran maupun serangan roket. Selain itu, 200 lebih pasukan Israel terluka akibat tembakan lebih dari 700 roket dan mortar ke seluruh Israel oleh pejuang Hamas.

Satu-satunya pihak yang diuntungkan dari perang tak seimbang ini hanya politisi Israel yang berkuasa. PM Ehud Olmert yang reputasinya hancur gara-gara Perang Lebanon 2006 dan terjerat kasus korupsi kini punya jualan politik baru ke rakyat bahwa perang Gaza telah memperkuat deterens (kemampuan gertakan) Israel terhadap siapa pun yang mengancamnya. Untuk diketahui, gencatan senjata juga terjadi hanya kurang dari sebulan sebelum Israel menyelenggarakan pemilihan umum saat Olmert mestinya mengundurkan diri.

MER-C Tembus Gaza

Tim medis dari LSM bantuan kesehatan Indonesia, Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) berhasil memasuki wilayah Gaza kemarin. Walaupun tanpa jaminan keselamatan, para relawan MER-C itu tetap masuk ke wilayah Palestina. Demi bisa melangkah ke daerah konflik tersebut, mereka telah dua kali menandatangani surat pernyataan tidak akan menuntut pemerintah Indonesia bila terjadi sesuatu.

''Ini risiko yang kami ambil untuk membantu sesama,'' ujar dr Faried Thalib, salah satu relawan MER-C yang ada di Mesir, melalui telepon dalam konferensi pers yang digelar di kantor MER-C, Jakarta, kemarin.

Faried menuturkan, Mesir selektif dalam memberikan izin atau surat rekomendasi. Selain relawan medis, lanjut dia, relawan umum dan jurnalis tidak diperbolehkan masuk Jalur Gaza. Hambatan izin inilah yang menyulitkan relawan umum untuk mendistribusikan tenaganya.

Presidium MER-C Henry Hidayatullah mengatakan, tim itu dikirim pada 1 Januari 2009 dan baru diperbolehkan masuk Gaza pada 17 Januari 2009. Tim, lanjut dia, bergerak dari perbatasan Mesir menuju Palestina menggunakan bus Gaza City dengan nomor 08-2822616, kemudian dipindah ke mobil ambulans untuk menuju Jalur Gaza.

Dari lima anggota tim yang dikirim, hanya empat orang yang masuk Jalur Gaza. Faried Thalib tetap di Al Arish yang menjadi posko MER-C untuk mengurus segala macam perizinan, termasuk untuk tim relawan kedua yang segera diberangkatkan.

Di bagian lain, gencatan senjata sepihak tersebut cukup memberi ruang napas bagi rakyat Gaza. Jawa Pos yang berada di Rafah, kota perbatasan Gaza dan Mesir, menyaksikan aliran bantuan yang masuk ke Gaza kemarin lebih lancar. Ini berbeda dengan situasi selama agresi Israel beberapa waktu lalu. Banyak sopir Palestina yang terhambat ketika menjemput bantuan.(AP/Rtr/zul/*/kim)

[JP Online, Rabu, 21 Januari 2009 ]
Menelusuri Terowongan Rahasia Penghubung Gaza dengan Mesir
Jual Paket Kambing Transfer Lubang Rp 1 Juta Per Ekor

Banyaknya terowongan rahasia di Rafah bukan semata-mata alat perjuangan melawan Israel, tapi juga aset ekonomi. Sebab, dari sana para pemilik terowongan bisa mendapat penghasilan ekonomi dari transaksi jasa perdagangan.

KARDONO SETYORAKHMADI, Rafah
---

LELAH karena tidak menemukan satu pun anfaq (terowongan) seperti yang diceritakan penerjemah saya, Ibrahim, alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, siang itu saya kembali ke tanjakan Makbar Rafah (Gerbang Rafah). Tempat itu dihuni para jurnalis dan pekerja kemanusiaan yang setengah putus asa menunggu izin masuk ke Jalur Gaza. Di sana saya bertemu Dokter Sarbini Saut Murad, dokter asal Indonesia yang menjadi relawan di MER-C (Medical Emergency Rescue Committee). Dokter ini Sabtu (18/1) lalu mendapat izin dan berangkat ke Jalur Gaza bersama tiga koleganya sesama dokter asal tanah air.

''Susah membuktikannya, karena semuanya tertutup di sini,'' kata Sarbini saat saya bertanya tentang anfaq. Tak lama kemudian datanglah serombongan remaja laki-laki ABG yang sering berkeliaran di kawasan perbatasan. Entah mengapa, seorang di antaranya menyapa saya. Karena saya tak bisa berbahasa Arab, Sarbini kemudian menerjemahkannya untuk saya.

Rupanya, mereka menyapa karena mengira saya orang Palestina. ''Katanya, wajahmu mirip orang Palestina,'' kata Sarbini lantas terkekeh. Saya juga langsung terkekeh, karena baru kali ini saya yang Jawa tulen kelahiran Surabaya bisa disangka orang Palestina.

Saya lalu meminta Dokter Sarbini bertanya soal anfaq kepada para pemuda ini. Awalnya mereka kaget ketika ditanya soal itu, meski kemudian agak sedikit terbuka. Hanya, kata Sarbini, mereka ingin berbicara dan membahas ini langsung dengan saya. ''Karena kamu tak bisa bahasa Arab, mereka justru jadi lebih percaya kepada kamu daripada saya,'' kata dokter berewokan tersebut.

Rupanya, tak bisa berbahasa Arab kadang justru menguntungkan. Padahal, sebelumnya saya mendapat pengalaman memalukan karena tak bisa berbahasa Arab saat berada di Kairo, Rabu (14/1) malam. Saat itu saya berada di Terminal Abbasiya, melihat jadwal keberangkatan angkutan Kairo-Rafah.

Begitu masuk pintu penjagaan, seorang polisi bertanya. Saya jelaskan bahwa saya dari Indonesia dan tak bisa bahasa Arab. Selanjutnya, dalam bahasa Inggris, laki-laki itu bertanya apakah saya muslim. Saya mengangguk, dan kemudian menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia. Aneh, dia mengernyit, lalu bertanya apakah orang Indonesia kalau salat pakai bahasa Indonesia. Tentu tidak, kata saya.

"Lalu, kenapa kok saya tidak bisa bahasa Arab?" katanya lagi. Saya jelaskan bahwa di Indonesia banyak orang bisa mengaji, tapi tak bisa berbahasa Arab.

Dia masih tak percaya dan saya disuruh melantunkan surat Al-Fatihah. Malam itu juga, di pos penjagaan terminal saya melantunkan Al-Fatihah. ''Do you believe me now (Kamu percaya sekarang)?'' tanya saya setelah selesai membaca. Pria itu menggeleng-gelengkan kepala, tapi sikapnya jauh lebih ramah.

Kembali ke anak-anak ABG Rafah tadi. Mereka kemudian mengajak saya ke kedai tempat minum teh panas. Saya lebih banyak pakai bahasa Tarzan, karena kemampuan berbahasa Arab saya sama dengan kemampuan mereka berbahasa Inggris. Mereka ingin tahu mengapa saya ingin mengetahui soal anfaq. Saya jelaskan saya wartawan dan ingin tahu langsung soal terowongan.

Saya pancing dengan pura-pura mengatakan kalau mereka sebenarnya juga tidak tahu soal terowongan. Pancingan saya berhasil. Mereka panas disebut tidak tahu. Saya menantang, kalau memang ada terowongan, tolong potretkan. Saya segera mengeluarkan kamera digital.

Salah satu di antaranya lantas pergi. Sekitar setengah jam kemudian, ABG bernama Mahmood itu kembali dan menyerahkan kamera. Saya lihat dia memotret lima kali. Satu memotret mulut terowongan, dan empat jepretan lainnya memperlihatkan bagian dalam mulut terowongan. Sayangnya, potret itu juga menunjukkan terowongan yang telah tertutup.

Salman -yang tampak dituakan oleh geng ABG itu- menjelaskan nyaris semua anfaq sudah ditutup. Ada yang diuruk dengan batu besar. Ada yang dibom bagian tengahnya supaya longsor dan tak bisa digunakan lagi. Selain itu, ada terowongan yang sebelum ditutup, disemprot dengan bahan kimia yang menyengat sehingga para penerobos tak kuat menahan bau.

Saya kemudian meminta mereka menunjukkan terowongan yang masih terbuka. Mendengar permintaan itu, Salman sempat melotot. Tapi, saya tetap mendesaknya. Akhirnya dia mengalah dan meminta saya kembali datang usai salat Magrib. "Jangan ambil gambar," pintanya. Saya menyanggupi.

Setelah magrib, saya datang bersama Rahmat, teman saya yang juga mahasiswa Universitas Al-Azhar. Dia membantu saya untuk jadi penerjemah. Kami janji bertemu di Makbar Rafah. Sampai di sana, Salman dan dua orang lainnya telah menunggu.

Kami kemudian berjalan ke arah utara sejauh sekitar 1,5 kilometer. Udara gurun Sinai yang dingin menelusup ke jaket. Sambil berjalan, Salman bercerita mengenai bagaimana "modus" penyelundupan itu. Menurut dia, terowongan tak hanya menghubungkan satu kebun (di Rafah Mesir) dengan kebun di seberang Rafah Gaza, tapi juga antara rumah dan rumah. Besar mulut terowonan bervariasi.

Yang paling besar adalah mulut terowongan yang ditemukan di dekat dengan gedung Imigrasi Mesir. Diameternya saja tiga meter. Selain itu, terowongan tersebut paling bagus karena konstruksi mulut terowongannya sudah dipasang batako, sehingga terkesan semi permanen. Namun, awal Januari lalu kedok terowongan tersebut terungkap. Dua kurir terowongan yang membawa dua karung bahan makanan tertangkap polisi Mesir saat masuk tengah malam. Bagian dalam terowongan kemudian dibom, sedangkan dua kurir itu hingga kini belum ada kabarnya.

Selain dimotivasi oleh keinginan membantu warga Gaza yang terisolasi blokade Israel, motif lain warga Rafah Mesir membuat terowongan adalah ekonomi. Umumnya yang diselundupkan adalah bahan makanan. Barang-barang itu ditransaksikan per paket. Satu pesanan paket karung makanan berisi roti dan macam-macam makanan lain seharga 200 pounds (sekitar Rp 400 ribu), misalnya, dibayar warga Rafah Palestina sekitar 500 pounds (sekitar Rp 1 juta). Sisa 300 pounds itulah yang menjadi keuntungan para kurir dan pemilik "rumah" (yang punya terowongan).

Karena tak bekerja sendirian, uang itu dibagi rata. Biasanya bertiga. Selain itu, bila ada permintaan khusus (berupa komoditas hidup seperti kambing atau sapi, harga menyesuaikan). Memang susah dibayangkan bagaimana kambing (bahkan sapi) bisa dibawa lewat lubang sempit itu. Yang jelas, untuk mendapatkan kambing, harga "paketnya" 500 pounds (Rp 1 juta). Sedangkan untuk sapi bisa sepuluh kali lipatnya.

"Saya pernah menjadi salah satu kurir," kata Salman. Malam makin larut. Kami lalu mempercepat langkah menuju terowongan yang disebut remaja berhidung mancung itu.[]

Sementara itu..


[JP Online, Selasa, 27 Januari 2009]
Wawancara dengan Petinggi Hamas Dr Sobhi Al Mazi
Kami Butuh Dukungan Indonesia

GAZA CITY - Setelah berusaha selama tiga hari, Jawa Pos berhasil menemui Dr Sobhi Al Mazi, orang nomor dua di Hamas. Siapa orang nomor satunya? Orang-orang Hamas tidak mau mengumumkan secara terbuka. Setelah Syekh Ahmad Yassin dan Dr Rantizzi terbunuh, kini Hamas memang mempunyai kebijakan untuk tak mengumumkan siapa pucuk pimpinan tertinggi mereka.

Melewati serangkain pemeriksaan, dengan ditemani dan diterjemahkan oleh Fauzi Barhoum, juru bicara Hamas, Jawa Pos berhasil mewawancarai figur penting itu di sebuah tempat tersembunyi. Berikut petikan wawancaranya.

Apakah agresi Israel terakhir ini membuat Hamas berpikir untuk bersatu dengan Fattah dan menghadapi Israel sebagai musuh bersama?

Kebijakan kami dan Fattah berbeda. Ada sebuah perbedaan yang cukup mendasar. Kami selalu konsisten dengan tidak mengakui pendudukan Israel, sementara Fattah justru berunding, bernegosiasi, berkompromi, dan malah menyerah ke Israel. Jelas itu sesuatu yang tak bisa diterima. Mereka (Fattah) berjalan ke arah sini, sementara kami ke arah sana (dr Sobhi menggerakkan tangan ke kiri dan kanan).

Bagaimana dengan tudingan Barat yang mengatakan agresi (Israel) kali ini disebabkan oleh serangan roket Hamas?

Saya kira itu tudingan yang berlebihan. Bukan Hamas yang memulai, tapi ini merupakan reaksi kami terhadap pendudukan (Israel terhadap tanah Palestina). Apa yang kami lakukan adalah sama dengan yang dilakukan negara-negara lain, yakni mempertahankan diri. Sejak awal kami konsisten menentang pendudukan, dan tentu saja kami berhak mempertahankan apa yang menjadi hak kami. Selain itu, Israel terus saja melancarkan agresinya dan terus berusaha memperluas wilayah okupasinya. Tudingan itu sama sekali tak beralasan. Publik dunia bisa menilai siapa yang benar dan siapa yang salah.

Beberapa hari belakangan ini santer terdengar kabar Israel akan menyerang lagi dan Hamas akan melancarkan serangan roket lagi. Serapuh apakah gencatan senjata unilateral kali ini?

Ya, ini memang gencatan senjata yang rapuh (fragile ceasefire). Tapi, sebagaimana Anda tahu, Israel sering melanggar gencatan senjata. (Kamis, 22/1, dan Jumat, 23/1, sniper Israel menembak enam orang Palestina dan kapal perang Israel menembak lima nelayan). Kami tidak kaget. Dan jangan salahkan kami bila terus melakukan perlawanan.

Bila ada serangan Israel lagi, bukankah yang menderita adalah rakyat Palestina. Apakah itu tidak menimbulkan kebencian rakyat terhadap Hamas?

Saya kira serangan Israel itu justru membuat rakyat dan Hamas bersatu. Logikanya, sejak 1948 (sejak negara Israel dideklarasikan di tanah Palestina) lalu, setidaknya, satu keluarga Palestina kehilangan dua anggota keluarganya. Apa yang dilakukan Israel justru membuat kami semakin kuat. Jangan dikira jiwa pejuang kami yang gugur itu mati. Tetap hidup dan menghidupi semangat pejuang kami selanjutnya. Yang dilakukan Israel justru adalah melahirkan sebuah generasi yang marah dan sangat radikal. Jadi, bila mereka (Israel, Red) berpikir dengan menyerang kami seperti yang terakhir kami akan menyerah, mereka salah besar.

Apa yang kini menjadi prioritas yang dilakukan Hamas pasca-agresi?

Yang pertama adalah memulihkan keamanan dan kehidupan di Jalur Gaza, dan juga menjalankan pemerintahan di sini. Memang sulit, tapi kami berusaha keras untuk itu. Kami juga masih mempunyai dana USD 42 juta. Kami juga telah memberi 200 keluarga yang paling malang nasibnya, masing-masing USD 1.000. Tapi, jujur saja, itu masih jauh dari cukup untuk merekonstruksi kembali. Kami membutuhkan bantuan.

Bantuan seperti apa yang Anda harapkan dari luar?

Semuanya, termasuk bantuan keuangan. Tapi, yang terpenting adalah bantuan dukungan dan moral. Semakin banyak yang tahu apa yang sebenarnya terjadi, maka itu semakin baik. Terutama dari Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Indonesia bisa memainkan peranan sangat penting dalam konflik ini.

Artinya, bila seluruh dunia tahu apa yang terjadi, maka Israel dan sekutunya kalah. Sebenarnya kami sudah menang. Bangunan bisa rusak, infrastruktur bisa dihancurkan, tapi semangat perlawanan kami tak akan pernah hilang. Semakin direpresi, semakin kuat. Kami sudah menang.

Bagaimana Hamas menyikapi Obama (Barrack Obama, presiden baru AS)? Apakah mempunyai harapan tertentu?

(Tersenyum). Kami tetap menganggap Amerika sama saja seperti sebelumnya, kecuali bila Obama mengeluarkan pernyataan dan bersikap objektif tentang Palestina. Mungkin dia orang baik, tapi apakah seorang presiden Amerika bisa bersikap independen sepenuhnya (dari lobi Yahudi).

Terima kasih atas waktu Anda.

Afwan. Selamat datang di Hamas, dan kami ingin mempercayai Anda. Kami akan membantu tugas Anda terpenuhi, dan silakan cari dan tanyakan apa pun tentang Hamas. Kami akan membantu semaksimal mungkin.

Perbatasan Mesir Ditutup Lagi

Jalur Gaza dengan sekitar 1,5 juta warga kini kembali menjadi penjara besar. Itu terjadi setelah pemerintah Mesir kembali menutup perbatasan di Rafah sampai batas waktu yang tak ditentukan. Menurut sebuah sumber Jawa Pos di internal Hamas, penutupan perbatasan tersebut terjadi pada Minggu malam (25/1).

''Penutupan ini, kabarnya, dilakukan karena Israel bakal menyerang lagi,'' kata sumber Hamas yang menjadi petugas di perbatasan Makbar Rafah.

Setelah gencatan senjata unilateral itu, Israel tampaknya ingin melanjutkan serangan 22 hari terdahulu. Berdasar pantauan Jawa Pos yang masih tinggal di Gaza City, dentuman-dentuman suara tank sudah terdengar. Rupanya, tank-tank Merkava Israel yang standby di perbatasan Erez-Beit Hanoun sudah mulai melakukan penembakan-penembakan.

Pihak Hamas tak tinggal diam. Dikabarkan, mereka kini juga menyiapkan sejumlah roket-roket Qassam dalam jumlah besar.

Kendati belum dilaporkan adanya korban jiwa, situasi menjadi semakin tegang di Jalur Gaza. Pesawat-pesawat intai tak berawak Israel terus meraung-raung di langit Gaza. Pada agresi Israel yang terakhir, pesawat tersebut sering menjadi pertanda bakal adanya serangan udara.

Juru bicara Hamas Fauzi Barhoum mengatakan bahwa hal itu merupakan pertanda Israel tak pernah bisa dipercaya. ''Kami tak akan tinggal diam. Kami juga punya hak untuk membela diri,'' katanya.

Fauzi mengimbau kepada dunia internasional untuk melihat sendiri fakta yang ada. ''Di media Barat sering terjadi propaganda yang menyebut serangan roket kami sebagai provokasi perang,'' ucapnya. Padahal yang benar, kata dia, roket Hamas merupakan reaksi dari sikap Israel. (el)


Salam Persahabatan
ParaDIsE.group
Share this article :

0 komentar :

Silakan tulis seperlunya;

Boleh komentar, saran/masukan, nasihat, usul, dsc. Semoga saya dapat menanggapi dengan baik.

 
Support: Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly Powered by Blogger
Copyright © 2014. ParaDIsE.group - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template