Hanya Taktik Licik Israel Kuasai Gaza
[JP Online, Minggu, 18 Januari 2009]
JERUSALEM - Babak baru konflik di Gaza dimulai Sabtu (17/1) malam waktu setempat. Kabinet keamanan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert pada pertemuan tadi malam mendukung usul gencatan senjata sepihak bahwa Israel akan menghentikan penembakan setelah ofensif tiga pekan meski tanpa kesepakatan timbal balik dari Hamas.
SETELAH PUAS MEMBANTAI RATUSAN WARGA SIPIL, SETELAH KENYANG MENYANTAP DAGING-DAGING MANUSIA DI ATAS PANGGANGAN BARA API". (Adm)
Dalam ketentuan-ketentuan yang disepakati secara bulat itu, pasukan Israel akan tetap berada di wilayah Gaza selama kurun waktu yang tidak dijelaskan. ''Kabinet Israel memberikan suara yang mendukung gencatan senjata sepihak setelah penandatanganan memorandum di Washington dan kemajuan berarti yang dicapai di Kairo,'' kata seorang pejabat Israel yang tidak bersedia disebutkan namanya kepada AFP tadi malam. ''Pasukan Israel akan tetap berada di Gaza setelah gencatan senjata sepihak diberlakukan,'' lanjutnya.
Terobosan itu dicapai setelah Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni menandatangani sebuah perjanjian di Washington dengan Menlu AS Condoleezza Rice pada Jumat (16/1). Dalam perjanjian itu, AS setuju meningkatkan pengawasan untuk mencegah penyelundupan senjata ke Gaza. Menlu Tzipi Livni mengatakan, Israel akan mengabaikan gencatan senjata jika Hamas terus menembakkan roket. Sedangkan Menlu AS Condoleezaa Rice mengatakan, dirinya berharap agar langkah itu bisa membuat Gaza ''tidak lagi digunakan sebagai landasan penembakan'' untuk menyerang Israel.
Juru Bicara Pemerintah Israel Mark Regev kepada BBC mengatakan bahwa, tampaknya, ada dasar untuk mengumumkan gencatan senjata. ''Israel sudah mencapai tujuan yang diinginkan sehingga gencatan senjata bisa diterapkan,'' ujarnya.
Namun, keputusan kabinet Israel itu tidak menjamin konflik di Gaza berakhir. Pejabat Hamas Usama Hemdan mengatakan bahwa pihaknya akan melawan jika Israel meminta gencatan senjata unilateral di Gaza.''Gencatan senjata unilateral ini tidak bisa memberikan kepastian kapan Israel menarik pasukannya. Sepanjang Israel masih berada di Gaza, kami (Hamas, Red) akan melawan dan melakukan konfrontasi,'' tegasnya. Hemdan mengatakan, proposal Israel soal gencatan senjata unilateral hanya akal-akalan negara Zionis itu untuk mementahkan proposal Mesir dan menduduki Gaza.
Salah satu pemimpin Hamas Khaled Meshaal mengatakan, kelompoknya tidak akan menerima persyaratan Israel untuk menciptakan gencatan senjata.
''Meski Gaza dihancurkan, saya tegaskan, kami tidak akan menerima syarat apa pun dari Israel untuk gencatan senjata,'' ujarnya di Doha, Qatar, kemarin.
Sementara itu, para pemimpin Hamas telah kembali ke Kairo untuk melakukan perundingan lanjutan. Mereka berkeras, kesepakatan gencatan senjata harus dibentuk jika pasukan Israel ditarik dari Gaza dalam waktu seminggu dan blokade ke Jalur Gaza dihentikan. Para diplomat negara Barat mengatakan, traktat yang mengarah ke perdamaian bisa ditandatangani di Kairo akhir minggu ini oleh Perdana Menteri Israel Ehud Olmert, Presiden Otorita Palestina Mahmoud Abbas, dan Presiden Mesir Hosni Mubarak.
Sementara itu, pesawat tempur Israel menghujani wilayah Gaza Selatan dengan bom sebelum subuh kemarin. Pada saat yang sama, tank-tank Israel memuntahkan tembakan mortir dan menewaskan enam warga Palestina di satu sekolah milik Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Jalur Gaza Utara Sabtu siang.
Para petugas medis mengatakan, seorang wanita dan seorang anak tewas ketika mortir pertama menghantam sekolah yang dikelola Badan Pekerja dan Bantuan PBB, yang menjadi tempat bagi 4.500 warga Gaza berlindung dari pertempuran.
Dua Negara Bekukan Hubungan dengan Israel
Dua lagi negara membekukan hubungan dengan Israel sebagai protes atas serangan di Jalur Gaza. Kedua negara tersebut adalah Qatar dan Mauritania.
Perdana Menteri Qatar Sheik Hamad bin Jassem Al Thani menyatakan, Qatar memang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, namun menjalin hubungan di tingkat lebih rendah. Sehingga misi dagang Israel diizinkan beroperasi di Qatar. Qatar juga menerima para pemimpin Israel dalam konferensi-konferensi.
Dikatakan Hamad, misi dagang Israel di Qatar punya waktu sekitar sepekan untuk pergi dari negara tersebut. "Kami akan memberitahu kantor misi dagang Israel bahwa keberadaan mereka di sini tidak diinginkan sampai situasi membaik dan ada peluang lebih baik untuk perdamaian," kata Hamad yang juga Menteri Luar Negeri Qatar kepada wartawan di Doha, Qatar, kemarin.
Mauritania juga mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel. Hal itu disampaikan Mauritania dalam pertemuan Liga Arab yang berlangsung di Doha. "Republik Islam Mauritania memutuskan menarik duta besarnya mulai Senin (19/1)," pernyataan resmi pemerintah Mauritania.
SBY: Lampaui Batas
Dari tanah air dilaporkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menilai bahwa dunia internasional tidak dapat lagi membiarkan kekejaman Israel di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 1.000 warga Palestina berlanjut. ''Saat ini sedang terjadi tragedi kemanusiaan yang tidak pernah terbayangkan, ... sudah melampaui batas, sebuah tragedi yang tidak mungkin umat sedunia membiarkan,'' kata Presiden SBY di Hotel Bidakara, Jakarta, kemarin, menanggapi agresi yang berlangsung sejak 27 Desember 2008 tersebut.
Lebih lanjut, presiden mengungkapkan kekecewaannya terhadap lambatnya Dewan Keamanan PBB dalam mengeluarkan Resolusi No 1860 dan pengabaian resolusi itu oleh Israel.
Sidang Darurat Majelis Umum PBB kemarin hampir secara bulat memberikan suara untuk mendesak ''penghormatan penuh'' Resolusi Dewan Keamanan No 1860 yang menyerukan suatu gencatan senjata segera, bertahan lama, dan sepenuhnya dipatuhi. Terutama penarikan seluruh pasukan Israel dari Jalur Gaza. Resolusi lembaga tertinggi PBB yang beranggota 190 negara itu diadopsi melalui perdebatan berjam-jam dengan suara 142 menerima, enam menolak, dan sisanya abstein.
Pemerintah Indonesia secara mengejutkan bersikap abstain dalam pemungutan suara proses adopsi resolusi kemarin. "Indonesia memilih abstain karena posisi prinsip Indonesia bahwa resolusi itu tidak cukup keras mengecam Israel atas serangan kejinya ke Gaza," jelas Juru bicara Departemen Luar Negeri Teuku Faizasyah di Jakarta, mengenai posisi Indonesia tersebut.(Rtr/BBC/kim)
Israel Menggunakan Bom Terlarang Bermisil Fosfor
GAZA - Bukti-bukti kejahatan perang yang dilakukan Israel selama membantai di Jalur Gaza terus terkumpul. Yang terbaru, berupa rekaman video buatan Fida Qishta dari Pergerakan Solidaritas Internasional yang dilansir harian Inggris The Guardian kemarin (17/1) tentang penggunaan bom terlarang bermisil fosfor alias belerang.
Senjata itu digunakan Israel untuk membombardir permukiman sipil di Khan Younis pada Selasa lalu (13/1). Dokter yang merawat korban dan sejumlah saksi membenarkan tentang hal itu.
Ahmed Almi, dokter asal Mesir yang bertugas di Al-Nasser Hospital di Khan Younis mengatakan, akibat bom fosfor terlihat jelas di tubuh korban. Di antaranya, luka hangus hingga ke tulang. Dia menambahkan, bila terkena senjata itu, seluruh tubuh korban bisa hangus terbakar hanya dalam satu jam.
"Ini pertama saya melihat dampak buruk senjata kimia itu,'' katanya.
Efek lain, para korban yang tergeletak di Rumah Sakit Al-Nasser kini mengalami gangguan pernapasan akut. Ketika bom atau selongsong fosfor menyalak di udara, asap putih langsung menyebar. Lalu, perlahan-lahan turun bersamaan dengan menyebarnya partikel fosfat yang terkandung di dalamnya.
Bila tersentuh pada kulit, partikel fosfat akan menyebabkan luka bakar yang luar biasa. Asap mengandung racun fosfat itu juga menyebabkan radang pernapasan. Hujan partikel kimia akibat bom fosfor itu bisa mencakup areal seluas lapangan sepak bola.
"Selasa lalu Israel menembakkan bom fosfor ke arah warga (Khan Younis). Tentu saja mereka itu warga sipil,'' kata seorang sumber perempuan mengutarakan kesaksiaannya.
Israel menyangkal menggunakan senjata terlarang itu. Mereka berargumen tak mungkin mengunakannya karena telah menandatangani konvensi ketiga PBB. Konvensi itu berisi tentang pelarangan penggunaan bom fosfor.
Namun, bukti-bukti di lapangan berkata lain. Dari hasil analisis foto ledakan, para ahli mengatakan, hanya dengan melihat asap, sudah bisa dipatikan bahwa itu asap bom fosfor.
"Jelas sekali, sudah pasti itu (senjata fosfor),'' kata Marc Garlasco, seorang analis militer pada organisasi kemanusiaan yang mengaku sangat geram dengan tindakan Israel.
Kemarin (17/1) daftar kejahatan perang Israel bertambah. Dua bocah tewas diberondong peluru serdadu Israel, 14 warga lainnya luka-luka. Padahal, mereka tengah berlindung di kawasan netral, sekolah PBB. (ape/ttg)
[JP Online, Sabtu, 24 Januari 2009 ]
Obama Simpati Kepada Penduduk Gaza, Namun Jauhi Hamas
WASHINGTON - Sebagai pemimpin baru, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama sukses melakukan gebrakan lewat beberapa kebijakan yang berseberangan dengan pendahulunya. Namun, itu tidak semua. Sejumlah kebijakan lama yang sering membuat AS dikritik justru tetap dipertahankan.
Salah satunya adalah kebijakan untuk menjauhkan diri dari Hamas yang dicap sebagai kelompok teroris. Terbukti, dalam pembahasannya tentang Timur Tengah dan penunjukan utusan damai, pemimpin 47 tahun itu sama sekali tidak menyinggung Hamas. Justru, dia membela agresi 22 hari yang dilancarkan Israel ke Jalur Gaza. Obama menyebut aksi militer tersebut sebagai upaya membela diri atas serangan Hamas.
"Perdamaian abadi butuh lebih dari sekadar gencatan senjata jangka lama. Karena itulah, saya akan mempertahankan komitmen aktif untuk mengupayakan kedua negara hidup berdampingan dengan aman dan tenteram," papar Obama seperti dikutip Associated Press kemarin (23/1). Dua negara yang dia maksud ialah Israel dan Palestina.
Terkait dengan misi damainya untuk Timur Tengah, terutama Israel-Palestina, presiden ke-44 itu menunjuk George J. Mitchell sebagai utusan khusus. Agenda utama mantan ketua mayoritas Senat AS itu adalah mengawasi gencatan senjata di Gaza. Mitchell harus bisa memastikan, gencatan senjata tersebut terjaga seiring dilancarkannya misi damai Israel dengan dunia Arab.
Dalam kesempatan itu, Obama menyatakan simpatinya kepada penduduk Gaza atas agresi yang memorak-porandakan wilayah mereka. Lebih-lebih, dalam serangan udara dan invasi darat pasukan Zionis tersebut, tidak kurang 1.300 warga Gaza tewas, 400 di antaranya anak-anak. Sedangkan kerugian fisik yang ditanggung ditaksir mencapai USD 2 miliar (sekitar Rp 22,7 triliun).
Bersamaan dengan itu, Reuters melaporkan, Israel percaya diri bahwa AS di bawah komando Obama tetap tidak akan berdialog dengan Hamas. "Saya tidak yakin pemerintahannya akan bersepakat atau berdialog dengan Hamas," ujar penasihat senior Perdana Menteri (PM) Israel Ehud Olmert kemarin. Pernyataan itu dipublikasikan setelah Obama dan Olmert berbincang lewat telepon.
Lebih lanjut, juru bicara yang merahasiakan identitasnya itu mengatakan bahwa berdialog dengan Hamas hanya akan membukakan gerbang kehancuran bagi Palestina. "Jika masyarakat internasional mulai membuka diri kepada Hamas, mereka pasti akan mengesampingkan pemerintahan yang moderat," terangnya yang mengacu kepada kepemimpinan Mahmoud Abbas.
Hamas yang merasa diabaikan Obama melancarkan kritiknya atas pemerintahan baru AS. "Alun harapan yang memuncak di hari Anda terpilih (sebagai presiden) terempas begitu saja karena Anda hanya diam menyaksikan pembantaian yang terjadi di Gaza," seru Mussa Abu Marzuk, deputi pimpinan politik Hamas, seperti dilansir Bloomberg. (hep/ami)
ParaDIsE.group
0 komentar :
Silakan tulis seperlunya;
Boleh komentar, saran/masukan, nasihat, usul, dsc. Semoga saya dapat menanggapi dengan baik.