Perbatasan Rafah Tutup, Empat Relawan WNI Bertahan
Laporan Kardono Setyo
Dari Kairo Mesir
KAIRO - Mesir akhirnya betul-betul menutup pintu perbatasan Rafah yang menghubungkan wilayahnya dengan Gaza, Palestina. Dari hasil pertemuan Kementerian Luar Negeri dengan kantor perwakilan di Kairo, pintu perbatasan tak sepenuhnya ditutup. Pemerintah Mesir masih memperbolehkan pasien rumah sakit di Gaza dibawa keluar untuk dirawat di negaranya.
''Tapi, arus bantuan maupun manusia yang masuk ke Gaza tetap harus melalui Kareem Shalom dan El Auga (wilayah Israel),'' kata Mas Danang Waskito, sekretaris II bidang Penerangan Sosial Budaya Kedutaan Besar RI di Kairo, kemarin.
Menurut Danang, pihak KBRI sempat mempertanyakan soal penutupan itu ke Kemlu Mesir. Namun, Kemlu Mesir mengelak menutup pintu perbatasannya. Alasannya, Palestina yang menutup pintu perbatasan. ''Mau tak mau, kami akhirnya menerima keputusan sepihak itu,'' tuturnya.
Hingga kemarin, tercatat enam relawan medis Indonesia masih berada di Gaza. Dua orang dari BSMI (Bulan Sabit Merah Indonesia) dan empat lainnya dari Mer-C (Medical Emergency Rescue Committee) Indonesia.
Berdasar kabar terakhir, dua relawan dari BSMI keluar petang ini (sekitar pukul 23.00 WIB), sementara empat relawan Mer-C memilih bertahan. Danang mengatakan, pihaknya sudah mengimbau WNI untuk segera keluar dari Gaza. ''Tapi, kami tak bisa memaksa mereka. Yang jelas, sudah kami sampaikan imbauan dan mereka memilih keputusan itu sendiri,'' tuturnya.
Danang menegaskan, KBRI akan terus berkoordinasi dengan keempat orang relawan medis tersebut. ''Sebagai langkah antisipasi saja. Sebab, gencatan senjata yang terjadi (antara Israel dan Palestina) masih sangat rentan. Tidak ada yang bisa menjamin keadaan bisa damai terus,'' tuturnya.
Selain itu, kemarin Surya M. Sastra, anggota Komisi I DPR, bersama-sama sejumlah petugas KBRI berangkat ke Sinai Utara. Selain menjemput petugas BSMI, Surya akan melihat langsung kondisi Rafah. Rombongan KBRI dan Surya juga dijadwalkan bertemu dengan wakil gubernur Sinai Utara untuk mengetahui secara langsung perkembangan terkini dan juga untuk penjajakan masuknya bantuan melalui Mesir.
Pada bagian lain, upaya Mesir untuk menjembatani kesepakatan gencatan senjata setahun antara Israel dan Hamas masih tersendat. Sebab, masih ada sejumlah masalah yang belum ditemukan penyelesaiannya. Perundingan itu unik karena pihak Mesir menemui Israel, menanyakan apa maunya, kemudian disampaikan ke Hamas sekalian menanyakan apa kemauan Hamas.
Informasi yang dihimpun Jawa Pos menyebutkan, ada sejumlah poin yang masih mengganjal. Yang pertama adalah Israel menuntut segera dibebaskannya Kopral Gilad Shalit, tentara Israel yang dua tahun lalu ditangkap Hamas. Sementara Hamas meminta Israel segera membuka blokade ke Jalur Gaza. Menurut Juru Bicara Hamas Fauzi Barhoum, pembebasan Shalit tak ada yang berkaitan dengan gencatan senjata atau blokade ekonomi.
''Itu upaya licik Israel kepada kami,'' ucapnya ketika dihubungi via sambungan internasional. Menurut Fauzi, sejak awal pihaknya menegaskan bahwa bila ingin Shalit bebas, Israel juga harus membebaskan puluhan anggota parlemen dan anggota Hamas yang kini ditahan.
Bagaimana soal gencatan senjata? Fauzi mengatakan, semua tergantung kepada Israel. ''Kami akan terus melawan apabila kami terus-terusan direpresi seperti ini (diblokade dan dibombardir). Sudah sejak awal kami meragukan niat Israel. Mereka (Israel, Red) terkesan ingin menghabisi kami, baik secara pelan-pelan (melalui blokade) maupun terang-terangan (serangan masif),'' katanya. ''Kami tak akan takut'' tambahnya.(el)
ParaDIsE.group
0 komentar :
Silakan tulis seperlunya;
Boleh komentar, saran/masukan, nasihat, usul, dsc. Semoga saya dapat menanggapi dengan baik.