[JP Online, Rabu, 21 Januari 2009]
Pidatonya Gabung Semangat Lincoln, Roosevelt, dan JFK
WASHINGTON D.C. - Tengah malam tadi presiden terpilih Barack Hussein Obama resmi menjadi presiden ke-44 Amerika Serikat (AS). Pelantikan presiden berkulit hitam pertama AS itu dilakukan di teras barat Gedung Capitol, gedung Parlemen AS yang dibangun dengan bantuan budak-budak dua abad lampau.
Obama mengawali agenda resmi pada hari paling sejarah dalam hidupnya itu dengan mendatangi Gereja St. John untuk berdoa bersama untuk selanjutnya menjemput Presiden George W. Bush di Gedung Putih pada pukul 10.00 waktu setempat. Dalam perjalanan dari Blair House, tempat Obama tinggal sementara di Washington D.C., Obama dan keluarga untuk kali pertama mengendarai mobil kepresidenan Cadillac One yang berjuluk "The Beast".
Bush dan istri, Laura, menyambut Obama dan istri, Michele, di serambi Gedung Putih. Michelle dengan balutan terusan warna hijau muda motif bordir batik yang dibungkus dengan mantel senada tampak anggun menggandeng kedua putrinya, Malia dan Sasha, yang memakai setelan dengan warna senada. Setelah berbasa-basi sebentar, rombongan Obama dan Bush bersama-sama melaju lokasi pelantikan Gedung Capitol di Pennsylvania Avenue.
Ratusan ribu orang yang bersiap-siap di sekitar lokasi sejak pagi buta melambaikan tangan dan bersorak-sorak ketika mobil limusin berwarna hitam Obama melaju pelan di jalan utara Gedung Putih sampai Gedung Capitol. Saat Obama kembali ke Gedung Putih usai dilantik menjadi presiden ke-44 AS, Bush dalam perjalanan pulang ke rumah peternakannya di Texas bersama mobil-mobil pengangkut barang.
Pukul 11.15 waktu setempat atau pukul 23.15 WIB rombongan Obama dan Bush tiba di Gedung Capitol. Mereka disambut oleh Senator Dianne Feinstein, ketua panitia pelantikan. Setelah mengikuti doa pelantikan dari Rick Warren, seorang pastor evangalis konservatif dan gelaran musik oleh Aretha Franklin acara inti inaugurasi yaitu pengambilan sumpah dimulai.
Tepat pukul 11.46 waktu setempat atau pukul 23.46 WIB, Joseph Biden disumpah lebih dulu sebagai wakil presiden baru AS. Sepuluh menit kemudian giliran Obama. Mantan senator berumur 47 tahun itu diambil sumpahnya di bawah Injil yang sama dengan yang digunakan Abraham Lincoln, presiden ke-16 AS yang Proklamasi Emansipasinya membebaskan perbudakan. Dengan jas hitam resmi, Obama menirukan bunyi sumpah yang dibacakan Ketua Mahkamah Agung AS John G. Roberts. "Saya dengan setia akan mengabdikan diri kepada rakyat Amerika sepenuh hati," bunyi salah satu sumpah Obama.
Setelah itu Obama menerima nuclear football, yakni sebuah koper hitam berisi kode nuklir AS untuk memerintahkan penggunaan senjata nuklir. 1.600 orang terdekat yang hadir di panggung pelantikan dan jutaan orang yang memadati pelataran Gedung Capitol hening saat momen itu terjadi.
Selanjutnya tepat tengah hari, Obama menyampaikan pidato pertamanya sebagai presiden AS. Dalam uraian selama 20 menit yang paling ditunggu-tunggu itu Obama menekankan dua tema, yaitu tanggung jawab dan akuntabilitas. Obama menegaskan, pemerintahannya akan memprioritaskan pemulihan ekonomi, penarikan pasukan AS dari Iraq, serta kode etik pemerintahan pada minggu-minggu pertama.
Obama mengatakan, Amerika terluka karena mentaliatas "yang pertama adalah saya" yang berkontribusi terhadap krisis ekonomi yang kini terjadi. "Karena itu, saya mengimbau siapa saja, khususnya perusahaan dan bisnisman, untuk mengambil tanggung jawab dengan aksi nyata," ujarnya.
Pidato itu disambut gegap gempita sekitar dua juta orang yang menjadi saksi langsung momen terbesar dalam sejarah AS itu. Mereka yang telah menunggu enam jam lebih di tengah udara dingin yang menggigit sejak matahari belum terbit itu, bertepuk riuh rendah sambil mengibar-ngibarkan bendera AS pada saat Obama mengakhiri pidato. Jutaan orang itu terdiri atas berbagai ras, wilayah, dan usia. Sebagian dari mereka bahkan terlalu muda dan terlalu tua.
Betty Bryant, 70, yang datang dengan bus carteran dari Georgia, saat ditemui di dekat Reflecting Pool di Alun-Alun Nasional (National Mall) menyatakan kebahagiaannya. "Saya sangat bahagia masih hidup untuk menyaksikan peristiwa yang indah ini," katanya. Di dekatnya sekelompok orang menyanyikan sebait lagu God Bless America.
Setelah pembacaan puisi oleh Elizabeth Alexander dan doa ucapan syukur yang dipimpin Joseph E. Lowery, Obama mengakhiri acara pelantikan dengan mengajak seluruh keluarganya naik ke atas panggung. Mereka bersama seluruh hadirin menyanyikan lagu kebangsaan diiringi Band Angkatan Laut "Sea Chanters." Setelah itu Obama mengantar mantan Presiden George W. Bush dalam sebuah upacara purnabakti sebelum menghadiri acara makan siang bersama pimpinan DPR dan Senat di Statuary Hall, Capitol.
Kemeriahan inaugurasi Obama mencapai puncaknya ketika parade berlangsung di Pennsylvania Avenue. Dipimpin rombongan Obama, arak-arakan berupa float hias yang mewakili 50 negara bagian bergerak megah dari Gedung Capitol menuju Gedung Putih. Lautan manusia menyaksikan parade besar yang mengantarkan Obama ke kediaman barunya sampai empat tahun ke depan. Di Gedung Putih, Obama dan keluarga menjadi tuan rumah untuk sepuluh jamuan resmi.
Upacara pelantikan tadi malam dan masih berlangsung pagi ini, menandai puncak karir politik alumnus SDN Menteng 01 Jakarta yang melesat. Dalam waktu kurang dari lima tahun, politikus Partai Demokrat tersebut bangkit dari senator yang sering diejek media karena "namanya yang lucu", sehingga menempati jabatan tertinggi di negara adidaya.
Kemenangan Obama banyak terbantu oleh meluasnya penyangkalan terhadap kebijakan-kebijakan Presiden George W. Bush yang meninggalkan Gedung Putih sebagai salah satu presiden AS tergagal dalam sejarah. Peringkat dukungan yang melonjak setelah serangan teroris 11 September 2001, terus merosot tajam akibat Perang Iraq, keterlambatan menangani Badai Katrina, serta krisis keuangan terakhir.
Dalam rentang kampanye 16 bulan, Obama berhasil meyakinkan rakyat Amerika. Meski dirinya relatif tidak berpengalaman, dia dapat memutar kembali roda perekonomian dan mengakhiri Perang Iraq. (AP/CNN/kim)
[JP Online, Selasa, 20 Januari 2009]
Pidato Obama Momen Paling Dinantikan
Washington - Barack Hussein Obama akan dilantik sebagai Presiden ke-44 Amerika Serikat (AS) dini hari nanti WIB. Disaksikan jutaan warganya dan puluhan juta pasang mata penduduk dunia, mantan Senator Illinois itu bakal resmi menjadi penguasa Gedung Putih pertama dari golongan Afro-Amerika.
Selain pengikraran sumpah, pidato pelantikan bakal menjadi momen penting yang paling dinanti-nantikan. Hingga hari ini, tulis The Christian Science Monitor, sudah 55 pidato pelantikan yang disampaikan presiden-presiden AS di Washington. Dan, selama ini, kata-kata pertama sang presiden terlantik itulah yang diabadikan dalam ungkapan-ungkapan politik. Karena itu, ada baiknya, Obama menyiapkan pidatonya dengan seksama.
Apa yang keluar dari mulut Obama hari ini, akan menjadi patokan masyarakat AS dalam memproyeksikan pemerintahan empat tahun ke depan. Beberapa ungkapan yang masih abadi sampai sekarang, misalnya frase milik Franklin D. Roosevelt, "Satu hal yang kita takuti adalah ketakutan itu sendiri." Atau kata-kata bijak John F. Kennedy tentang pengabdian yang berbunyi, "Jangan pernah tanyakan apa yang bisa negara lakukan untuk Anda."
Ungkapan-ungkapan yang diciptakan presiden terlantik biasanya lebih lekat di ingatan. Tidak seperti peribahasa atau ungkapan yang diajarkan di sekolah. Mudah menguap, walau baru beberapa detik didengar. "Sejarawan selalu menyebutkan empat hal yang sangat penting dalam pelantikan presiden. Saya rasa, (pidato Obama) bakal menjadi yang kelima," papar Gerald Shuster, pakar ilmu politik di University of Pittsburgh, kemarin (19/1).
Bagi Obama, merangkai kata-kata, barangkali, bukanlah hal yang sulit. Kemampuan komunikasi pemimpin 47 tahun itu, bisa dibilang, jauh mengungguli presiden-presiden sebelumnya. Kelebihan itulah yang menjadi salah satu kekuatan politiknya. Karena itu, momen wajib yang menjadi tradisi sejak era George Washington tersebut, akan menjadi tontonan paling menarik di hari pelantikan Obama. Apalagi, atmosfer sekeliling sangat mendukungnya menjadi tenar.
"Ini (ungkapan retoris sang presiden) sangat monumental," tulis pakar sejarah dari University of Illinois, Robert Remini.
Hal yang sama dipaparkan sejarawan Kean University, Terry Golway. Keduanya mengimbau hadirin yang menyaksikan pelantikan agar benar-benar mencermati pidato pertama Obama nanti. Bila perlu, hitung jumlah ungkapan yang dia ciptakan selama pidato. Sejarawan Leo Ribuffo meramalkan, Obama akan melahirkan sekitar 30-35 ungkapan.
Harus diakui, presiden masa kini punya lebih sedikit kesempatan untuk menjadikan saat-saat bersejarah mereka dikenang lebih lama. Dulu, para presiden terlantik membacakan pidato yang sudah mereka tulis lebih dulu. Selanjutnya, teks itu juga dipublikasikan. Jadi, hadirin bisa benar-benar mencermati kata demi kata yang terucap dalam pidato tersebut.
Teks-teks tertulis itu pun lantas menciptakan sejarahnya sendiri. Sebab, panjang-pendeknya teks dari periode ke periode bisa langsung dibandingkan. Sejauh ini, teks pidato William Henry Harrison saat dia dilantik tercatat sebagai yang paling panjang. Tapi, karena terlalu banyak menyisipkan opini dan argumen, teks terpanjang itu juga menjadi yang paling buruk.
Diawali dengan konser We Are One yang dihadiri satu juta warga di Lincoln Memorial and National Mall, pelantikan Obama menjadi momen istimewa yang sayang dilewatkan. Merintis jalan mulus pidato pelantikan Obama, sejumlah selebriti lebih dulu menyampaikan pidato mereka dalam perayaan itu. Diantaranya Tom Hanks, Samuel Jackson, Jack Black, Denzel Washington dan Usher. Konser itu juga diramaikan Shakira, Mary J. Blige, Jon Bon Jovi, dan Stevie Wonder. (hep/ttg)
[JP Online, Jum'at, 23 Januari 2009 ]
Perdamaian Timur Tengah Prioritas Utama Pemerintahan Obama
Agenda Pertama Obama, Langsung Telepon Pemimpin Palestina
WASHINGTON - Gegap gempita rangkaian perayaan pelantikan Barack Hussein Obama sebagai presiden ke-44 Amerika Serikat (AS) usai sudah. Rabu (21/1) waktu setempat (kemarin WIB), pemimpin 47 tahun itu mulai menjalankan agenda pertamanya sebagai kepala negara. Dia menelepon sejumlah pemimpin negara yang kini menjadi rekannya.
Telepon pertama Obama sebagai presiden ditujukan pada Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas. Menyusul kemudian beberapa pemimpin Arab dan Timur Tengah yang lain. Diantaranya Presiden Mesir Hosni Mubarak, Perdana Menteri (PM) Israel Ehud Olmert, juga Raja Abdullah dari Jordania. Memposisikan perdamaian Timur Tengah sebagai prioritas utama pemerintahannya, Obama menegaskan dalam perbincangan teleponnya bahwa dia akan mengawali babak baru perdamaian dunia.
"Perbincangan telepon dengan para pemimpin Timur Tengah difokuskan pada sebuah komitmen aktif untuk mewujudkan perdamaian Arab-Israel sejak awal kepemimpinan," terang Humas Gedung Putih Robert Gibbs, seperti dikutip The Times dalam edisi onlinenya kemarin (22/1). Menurut dia, Obama juga berjanji mendukung penuh terciptanya permukiman Arab-Israel yang permanen.
Gibbs menambahkan, pasca agresi militer Israel ke Gaza yang berakhir Senin (19/1), Obama menempatkan perdamaian Timur Tengah sebagai prioritas utamanya. Tujuan utama presiden kulit hitam pertama AS itu adalah menciptakan gencatan senjata permanen. Tapi, seolah menghakimi Hamas, upayanya untuk mewujudkan perdamaian abadi itu bakal ditempuh dengan menciptakan rezim antipenyelundupan di Gaza. "Dengan demikian, Hamas tidak akan bisa dengan mudah mempersenjatai diri kembali," ujar Gibbs.
Selain itu, pemerintahan Obama bakal melakukan pendekatan diplomatis terhadap Otoritas Palestina. Salah satu caranya dengan memfasilitasi rekonstruksi pemerintahan baik secara fisik maupun mental. Menurut harian nasional Inggris itu, upaya tersebut merupakan bagian dari skenario Obama dalam menerapkan perspektif baru tentang perdamaian di sana.
Langkah kedua yang segera ditempuh Obama demi mewujudkan perdamaian Arab-Israel adalah menunjuk utusan. Dalam waktu dekat dia akan memilih sendiri diplomat yang diyakini bisa menjadi kurir damai Timur Tengah. Rumor yang beredar menyatakan, tokoh Partai Demokrat itu akan menjatuhkan pilihan pada mantan senator George Mitchell. Di bawah pemerintahan Presiden AS terdahulu Bill Clinton, Mitchell juga pernah menjabat posisi sama.
Di hari pertamanya sebagai presiden Rabu (21/1), Obama menunda seluruh persidangan teror yang melibatkan para tersangka di penjara Teluk "Gitmo" Guantanamo, Kuba. Kemarin (22/1), Obama dijadwalkan meneken sejumlah surat perintah eksekutif tentang penutupan Gitmo. Rencananya, penjara dengan sistem pengamanan berlapis itu ditutup dalam kurun satu tahun. "Ini semua dilakukan demi kepentingan keamanan nasional dan kebijakan luar negeri, serta demi tegaknya keadilan," papar sumber The Times.
Agenda penting Obama yang lain terkait Timur Tengah adalah penarikan pasukan dari Iraq. Presiden keturunan Kenya itu menyiapkan sejumlah berkas untuk memerintahkan penempatan ulang pasukan AS yang ada di Iraq ke Afghanistan. Rencana itu dibahasnya bersama Menteri Pertahanan Robert Gates serta Kepala Staf Gabungan Laksamana Mike Mullen, Komandan Timur Tengah Jenderal David Petraeus, dan sejumlah anggota dewan keamanan nasional. (hep/ami)
Sementara itu..
Hillary Utamakan Dialog di Deplu AS
WASHINGTON - Hillary Rodham Clinton mulai menjalani hari-hari pertamanya sebagai menteri luar negeri Amerika Serikat (AS) menggantikan Condoleezza "Condi" Rice. Sesuai tema perubahan yang diusung pemerintahan Presiden Barack Obama, politikus 61 tahun itu pun mereformasi Departemen Luar Negeri (Deplu), menjadikannya lebih luwes.
Sejak resmi berkantor di Deplu Kamis (22/1), Hillary menerapkan kebijakan yang lebih fleksibel. Dia menjadikan dialog dan keterbukaan sendi kehidupan di kementerian yang dipimpinnya tersebut. Istri mantan Presiden Bill Clinton itu juga menjanjikan kebijakan luar negeri AS tidak akan lagi bernapas militer, tapi diplomasi, pertahanan, dan pembangunan. "Ini menandai kelahiran era baru Amerika," tegasnya seperti dikutip Agence France-Presse kemarin (28/1).
Dalam jumpa pers pertamanya Selasa siang waktu setempat (dini hari kemarin WIB) (27/1), ibu satu anak itu mengakui kehancuran Washington. "Ada banyak kerusakan yang harus segera diperbaiki dalam pemerintahan," tandasnya. Untung, posisi George W. Bush sudah digantikan Obama. Dengan demikian, borok yang diwariskan pemerintahan Bush bisa segera dibasmi.
Sepekan menjabat sebagai Menlu, Hillary sudah melakukan pembicaraan telepon dengan sekitar 37 tokoh dunia. Baik presiden, perdana menteri (PM), maupun Menlu. Dia mengaku lega karena sebagian besar pembicaraan telepon itu mengindikasikan dukungan kuat terhadap pemerintahan Obama.
Hillary juga menyarankan Obama menggunakan pendekatan yang sama untuk menghadapi Iran. Sebab, pendekatan yang berbeda hanya akan membuka lebar kesempatan Iran mengembangkan program nuklirnya. "Pendekatan yang sifatnya lebih terbuka terhadap Iran hanya akan menguntungkan mereka," tegasnya seperti dikutip Associated Press.
Dia khawatir, wawancara Obama dengan stasiun televisi Arab awal pekan ini bakal menjadi senjata Iran untuk memaksakan aktivitas nuklirnya. Menurut dia, dalam wawancara itu, Obama secara tidak langsung berjanji akan lebih terbuka pada Iran. "Jelas ada peluang bagus yang ditangkap Iran dalam wawancara presiden. Sebab, Obama menyatakan bahwa AS akan lebih terbuka terhadap dunia internasional dan merangkul muslim," ungkap Hillary.(hep/ttg)[JP Online, Kamis, 29 Januari 2009]
Soal Iran, Obama Tak Beda dengan Bush
WASHINGTON - Politik luar negeri Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Barack Obama, tampaknya, tak akan mengalami perubahan signifikan dibanding pendahulunya, George W. Bush. Terutama sikap politik terhadap penentang utama di Timur Tengah, Iran. Menurut juru bicara kepresidenan, Obama tetap akan mengerahkan seluruh kekuatan nasional Amerika Serikat, mulai diplomasi hingga perang, untuk menekan program nuklir Iran. Opsi tersebut serupa dengan yang diungkapkan mantan Presiden Bush.
''Banyak isu yang harus ditangani, salah satunya program nuklir haram. Presiden harus menegur pemimpin Iran karena mensponsori terorisme dan mengancam perdamaian di Israel,'' kata Juru Bicara Obama, Robert Gibbs, seperti dilansir Reuters kemarin (30/1).
Dalam kesempatan itu, Gibbs menyangkal berita dari surat kabar Inggris yang menyebutkan bahwa Obama dan Kementerian Luar Negeri pimpinan Hillary Clinton berencana mengirimkan surat kepada Iran untuk mendinginkan tensi kedua negara selama lebih dari 30 tahun belakangan. ''Baik presiden maupun menteri luar negeri tak pernah membuat surat itu. Jadi, isu itu harus berhenti sampai di sini," katanya.
Ketegangan hubungan Iran dan Amerika Serikat memuncak pada masa pemerintahan Bush. Presiden AS dua periode tersebut menepikan Iran dari komunitas internasional dengan menyebutnya sebagai ''poros setan" bersama Korea Utara dan Iraq yang kala itu masih dikuasai Saddam Hussein.
Selama masa kampanye presiden, Obama menjanjikan sejumlah insentif kepada Iran jika sudi meninggalkan proyek nuklirnya. Salah satunya, dipermudah menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Namun, Obama juga menebar ancaman jika Iran menolak saran itu. Yakni, memperparah tekanan ekonomi dan makin dikucilkan dari pergaulan internasional.
Dalam wawancara televisi pertama, termasuk pidato pelantikan, Obama mengatakan akan membuka tangan bagi Iran jika negara itu bersedia melepaskan ''kepalan tangan".
Meski demikian, pemerintahan Obama berjanji akan lebih mengedepankan diplomasi ketimbang perang. ''Sebagaimana yang disebutkan presiden di masa kampanye, langkah diplomasi juga terbuka,'' ujar Gibbs.
Di tempat terpisah, Kementerian Luar Negeri Iran mengaku siap bekerja sama untuk memperbaiki hubungan dengan pemerintahan baru Amerika Serikat. ''Jika Obama mengubah kebijakan terdahulu, dia pasti disambut baik oleh dunia Islam,'' kata Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki di sela pertemuan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss.(ape/ttg)[Sabtu, 31 Januari 2009]
ParaDIsE.group
0 komentar :
Silakan tulis seperlunya;
Boleh komentar, saran/masukan, nasihat, usul, dsc. Semoga saya dapat menanggapi dengan baik.