Green Car - ParaDIsE.group
Headlines News:

Green Car

Written By shodiqiel on Selasa, 09 Desember 2008 | 10.40



Berkebun di Atap Mobil
OKINAWA - Tak perlu riset dan biaya produksi miliaran rupiah untuk menciptakan mobil ramah lingkungan atau green car. Menurut produser musik dari Pulau Okinawa, Jepang, Mitsuji Chinen, setiap orang bahkan bisa menjadikan mobilnya sebagai green car. Dia mencontohkan dengan menanam rumput di atas atap mobilnya. Proyek green car ala Chinen itu hanya butuh pelapis antiair, media tanam dari serabut kelapa, dan tentu saja rumput. Dalam tempo empat bulan, rumput di atas atap Toyota Starlet milik Chinen tumbuh 10 cm.

Selain tampilan mobilnya menjadi istimewa, lapisan rumput di atas atap membuat mobil Chinen semakin nyaman dan "dingin" saat dikendarai. Kini, dia tak butuh lagi memasang air conditioning (AC) terlalu lama, saat musim panas. Di luar urusan mobil, kreatifitas Chinen menanam rumput di atap mobil membuat namanya dikenal di seluruh kota sebagai duta baru untuk pelestarian lingkungan. "Saya bermimpi ada sejengkal rumput di setiap bus dan taksi di Jepang untuk mengurangi global warming," ucapnya. (EPA/kim/JP Online, 09-12-2008)

Sementara itu..


Burung Besi Dikalahkan Burung
[JP Online, Sabtu, 17 Januari 2009]

WASHINGTON - Kendati ukurannya jauh lebih besar dan sarat teknologi mutakhir, pesawat kerap harus mengakui keunggulan burung. Insiden yang menimpa US Airways Kamis (15/1) menjadi salah satu bukti.

"Serangan burung selalu terjadi dari waktu ke waktu," kata Jubir Administrasi Aviasi Federal (FAA) Diane Spitaliere seperti dikutip Associated Press kemarin (16/1). Dia menambahkan, serangan semacam itu lebih sering terjadi pada penerbangan umum dengan pesawat lebih kecil. Tapi, meski berpeluang lebih kecil, penerbangan komersial dengan ukuran pesawat besar pun tidak luput dari serangan burung.

FAA mencatat, sedikitnya ada 80.000 kecelakaan udara akibat serangan burung dalam kurun waktu 1999-2007. Itu berdasar laporan yang masuk ke menara kontrol lalu lintas udara. Seluruhnya melibatkan pesawat nonmiliter. "Setidaknya, satu di antara 10 ribu penerbangan celaka akibat serangan burung," ujar Spitaliere merujuk pada data FAA dan Departemen Agrikultur Amerika Serikat (AS).

Bagi Chairman Komite Keselamatan Air Line Pilots Association Rory Kay, serangan burung menjadi masalah pelik yang sukar diselesaikan dalam dunia penerbangan. "Pesawat komersial, seperti milik US Airways, paling berisiko mengalami serangan burung saat take-off dan mendarat. Sebab, saat itulah pesawat terbang rendah," terang pilot senior yang sudah 34 tahun menerbangkan Boeing 767.

Selebihnya, imbuh dia, pesawat terbang pada ketinggian 6.000-9.000 meter. Lumrahnya, tidak banyak burung yang wara-wiri pada ketinggian tersebut. "Burung biasanya terbang pada ketinggian sekitar 1.500 meter," ujarnya. Dari tahun ke tahun, kata Kay, laporan kecelakaan pesawat akibat serangan burung tidak pernah berkurang. Hanya, tidak semuanya dipublikasikan.

Wright bersaudara adalah penerbang pertama yang mengalami serangan burung saat sedang mengangkasa. BBC mencatat, peristiwa serangan burung pertama tersebut terjadi pada 1905. Namun, tidak ada dampak serius yang terjadi kala itu. Kecelakaan pertama akibat serangan burung dialami Calbraith Rogers alias The Birdman pada 1912. Pesawatnya menabrak sekumpulan burung, lantas dia tewas terempas ke tanah. (hep/ami)

Salam Persahabatan
ParaDIsE.group
Share this article :

1 komentar :

  1. wah..cerdas nich idenya..sip2..
    coba orang indonesia bisa niru ide kreatif dan bermanfaat ini :)

    BalasHapus

Silakan komentar Suroboyoan, Bahasa Arek Ngalam, Arabia, English atau Cak Madureh.

 
Support: Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly Powered by Blogger
Copyright © 2014. ParaDIsE.group - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template